Wednesday, October 17, 2012

WELCOME TO THE JUNGLE


" Welcome to The Jungle "
Hand Cut Paper, 2012

The Exhibition Poster


“WELCOME to THE JUNGLE”
The Concept idea: The order of things and thinks.

“Hey what did he created, what he did, yes .. what did he do? "
He was like, he was so, he was indeed ...
The voices of the very indirect distant.
What is it? let me alone do what I wanted to.
"Wanted to be rich just to be loved!", Words that always exist in the memory of my head.
A sentence that is very simple but very affecting.

We experienced new things every time, always moving and changing. Some are good and some other are bad, positive and negative. The good ones would have been nice and appeasing to the soul, and the bad ones will definitely become a burden of thinking that drain a lot of energy.
As social beings, we have both physical and spiritual needs, material or nonmaterial. Needs are trivial and large, primary and secondary.
The desire connects with reality. Easy for those who can afford, bitter indeed for those who can't.
Intricacies of issues about the future, romance, work, social status and even death, became a major staple in every human being's mind.
Life can be as simple as we wanted to, it could be easy for the capable, can be hard for the oppressed, or becoming wild for the lost. The thought is too broad to be traced, dreamy and indefinitely. And the reality is too cruel to be followed.

Whatever your world, your way,
This is the battle of life
Living to think
And live for something
Welcome to the real life


Welcome to the "jungle" of life.


------------------------------------------------------------------- 

“Hei apa yang dia buat, apa yang dia lakukan, iya.. yang dia lakukan?!”
Dia itu begini, dia itu begitu, dia itu memang...
Suara-suara dari sangat kejauhan yang tak langsung.
Apa urusanmu, biarkan saja aku mau melakukan apa sesukaku.
“Ingin kaya agar bisa dicintai!", kata-kata yang selalu ada dalam memori kepalaku.
Sebuah kalimat yang sangat sederhana tapi sangat mempengaruhi.


Kita mengalami hal-hal baru setiap waktunya, selalu bergerak dan berubah. Ada yang baik maupun buruk, positif dan negatif. Yang baik pasti menyenangkan dan menentramkan jiwa, dan yang buruk sudah pasti menjadi beban pikiran yang menguras banyak energi.
Sebagai mahkluk sosial, kita memiliki kebutuhan lahir maupun batin, materi ataupun nonmateri. Kebutuhan yang remeh temeh maupun yang besar, primer dan sekunder.
Keinginan berhubungan dengan kenyataan. Mudah bagi yang bisa, pahit memang bagi yang susah.
Lika-liku permasalahan tentang masa depan, asmara, pekerjaan, status sosial bahkan juga kematian, menjadi pokok utama dalam pikiran setiap manusia.
Hidup bisa sederhana kalau kita mau, bisa mudah bagi yang mampu, bisa keras bagi yang tertindas, bisa liar bagi yang tersesat. Pikiran terlalu luas untuk ditelusuri, menerawang tanpa batas. Dan kenyataan terlalu kejam untuk diikuti.

Apapun duniamu, jalanmu,
Inilah pertarungan hidup
Hidup untuk berfikir
Dan hidup untuk sesuatu
Selamat datang dikehidupan nyata
Selamat datang di"rimba" kehidupan.


===================================================
  


“WELCOME to THE JUNGLE”

Originating from Aceh, the special autonomy region, and wandering into the land of the King of Yogyakarta, Rudy ‘Atjeh’ Dharmawan followed the footsteps of other millions of Sumatran youth who also wandered. Since tens of years ago, Java, the most populous island was a place for seeding young people from the other islands in Indonesia. National fathers of Indonesia, for example, were young adults who have come from small towns in Sumatra, Kalimantan, Ambon, even Flores and heading to the "Center" to reach their dreams in the most populous island in Indonesia. From a long time ago Java is a temptation. Lured by the temptation, it made Rudy Atjeh lifted his suitcases from the place where he was born on. Dreams to become an artist made Yogyakarta to be one of the most sensible option, cheap place and could be a nest for artists in Indonesia. City that has all of the exotics like lights which attracted insects like Rudy Atjeh.

Dreams of conquering the artist world t started from this old town.

The effort to conquer the wandering place is a hidden theme of Rudy Atjeh’s art creation. By using paper cut, he creates a wide variety of animals. In this technique, detail is the keywords. The smallest insicion and thin arch, are carved well. By using cutter only, white and black papers cut into various animal figures such as snakes, birds, and so on. Why do the animals appear in his work? Animals in his works is a metaphor of wandering. Animal which is on the paper is a symbol. Each type of animal is a symbol of something or someone. Rudy Atjeh creation is fable or stories of animals. Animal stories or symbol is used to re-tell the human world. Fables are often used to flick the things that can’t be expressed realistically, like "Animal Farm" novel from George Orwell as the example. Animal character in Rudy Atjeh’s work is intended as a metaphor of his struggling as an artist who tries to survive in the jungle Indonesia fine arts Kingdom.

The absence of complete narration indeed makes us hard to follow this artist’s mindset. Instead of offering a structure to be followed easily, he makes it complicated; hang the animal figures, and then give the highlights on hole and thin papers. Creates a shadow like puppets without the screen. Although in the verbal text seems filled with narration, actually the core of the work of Rudy Atjeh is on shadows game and his carving paper. Fable narration can only pass by. The form of a tiger, lions, snakes, birds and others is a collection of figures that are randomly connected to each other by gallery. Gallery offers such experiences like in the jungle and we seem like hiding from the blazing sun by using umbrella from lush tropical trees.


I think the great way to enjoy the art work in this exhibition is by letting us dazzled on the details, and get lost in it.



--------------------------------------------------------------------

Berasal dari daerah otonomi khusus Aceh, merantau ke tanah para raja Yogyakarta, Rudy Atjeh Dharmawan mengikuti jejak jutaan pemuda Sumatera lainnya merantau. Sejak puluhan tahun yang lalu pulau paling padat penduduknya ini adalah tempat penyemaian bibit  bagi pemuda pemudi dari pulau-pulau lain di Indonesia. Para bapak bangsa Indonesia misalnya, adalah pemuda-pemudi  berasal dari kota-kota kecil di Sumatera, Kalimantan, Ambon, bahkan Flores. Menuju ke “pusat”nya Indonesia, seperti berhaji dan berusaha keras mewujudkan mimpi-mimpinya di pulau terpadat di Indonesia ini. Jawa sejak dulu adalah godaan. Terpikat oleh godaan itulah yang membuat Rudi Atjeh angkat koper dari tempatnya dilahirkan. Bercita-cita menjadi seorang seniman, mau tidak mau Yogyakarta merupakan satu pilihan paling masuk akal; murah dan juga tempat bersarangnya para seniman penting di Indonesia. Kota dengan segala predikat eksotis bagai lampu buat laron-laron macam Rudy Atjeh.

Mimpi jadi seniman dan menaklukan dunia dimulai dari kota tua ini.

Perantauan dan upaya untuk menaklukan tempat rantauannya adalah tema tersembunyi dalam karya-karya Rudy Atjeh. Dengan media paper cut dia menciptakan berbagai macam binatang. Pada teknik ini detail merupakan kata kunci. Torehan yang paling kecil, lengkungan tipis, semua di”ukir” dengan baik. Hanya menggunakan kater, kertas putih dan hitam itu dibentuk menjadi berbagai figur binatang; ular, macam, burung dan lain sebagainya. Kenapa binatang-binatang itu muncul dalam karyanya? Binatang dalam karya-karya Rudy Atjeh adalah metafora dari perjalanan perantauan. Binatang-binatang ditoreh di atas kertas adalah sebuah simbol. Masing-masing jenis binatang adalah simbol dari sesuatu atau seseorang. Karya Rudy Atjeh adalah fabel atau cerita binatang. Menggunakan cerita atau simbol binatang untuk menceritakan kembali dunia manusia. Fabel biasanya dipakai untuk menyentil perkara-perkara yang tidak mungkin disuarakan secara realis, seperti novel “Animal Farm” dari George Orwell misalnya. Dalam konteks karya Rudy Atjeh, karakter binatang dimaksudkan sebagai sebuah metafora dari perjuangannya sebagai seorang seniman yang mencoba bertahan di rimba raya seni rupa Indonesia yang kejam.

Tidak adanya narasi utuh memang menyulitkan kita untuk mengikuti pola pikir seniman ini. Alih-alih menawarkan sebuah struktur untuk bisa diikuti dengan gampang, ia justru merumitkannya; menggantung figur-figur binatang, dan lampu-lampu kemudian disorotkan pada kertas-kertas tipis berlobang. Mencipta bayangan saling kait mengait. Seperti pertunjukkan wayang tanpa kelir. Meski dalam teks verbalnya seolah dipenuhi dengan narasi, sesungguhnya inti dari karya Rudy Atjeh adalah pada permainan bayangan dan “ukiran” kertasnya. Narasi fabel bisa jadi cuma numpang lewat. Bentuk macan, singa, ular, burung dan lain sebagainya adalah kumpulan figur-figur yang secara acak dihubungkan satu sama lain oleh ruang galeri. Ruang galeri menawarkan pengalaman seperti di dalam rimba dan kita seolah sedang berteduh dari terik matahari dengan bernaung di bawah payung pohon tropis yang lebat.

Saya kira cara tepat menikmati karya dalam pameran ini adalah dengan membiarkan kita terpukau pada detilnya, lalu tersesat di dalamnya.


Agung Kurniawan, Artistic Director at Kedai Kebun Art Space.


=========================(-___x)====================


Artwork

“WELCOME to THE JUNGLE”
Installation, LED lights, Neon UV lights, Soundtrack, Hand Cut Paper
2012









Artwork Title

" Fisabimetal (pray) "
hand cut paper, 2012

" Power of Hand "
hand cut paper, 2012

" Fisabimetal (play) "
hand cut paper, 2012

" Stuck in a Beautiful Circle "
hand cut paper, 2012

" Enjoy The Journey "
hand cut paper, 2012

" Incredible Fight #3 "
hand cut paper, 2012

Artwork detail






All images, photograph by Tendi Antopani. Except one image artwork detail with zoom words captured on work (title: power of hand) by Frnss Feransis
Lights Installer by Jali Madgever
hand cutting font on the wall: Prihatmoko Moki, Eky Firmansyah, Galang Rais
Poster design by Ryan Ady Putra
Soundtrack Noise by SODADOSA


Behind the cutting paper. taking a long time, 5 month to finished all the artwork.



Video workshop by Indun Bonzo

Thanks To:

My Family in Langsa and Jogja
All my Friends & Kedai Kebun Crew who helping me for time and energy every single day until done this work.
GAS
Snoop Doc Film
Ace House Collective